Sunday, January 20, 2008

Benar Kata Angin

Link

Benar kata angin

Aku telah kehilangan cerminku

Aku semakin tenggelam dalam ketidaktahuan

Ketidaktahuan akan siapa aku

Tanpa cerminku


Benar kata angin

Aku telah kehilangan jiwaku yang bersih

Hanya tersissa noda noda kebencian

Yang menrasuki diriku

Dan menjelma menjadi aku

Sama dan serupa

Dan aku takut karenanya


Benar kata angin

Tak ada jalan pintas untuk kembali

Kembali ke masa silam yang tanpa cela

Kehadiran sosok aku yang asing

Telah memberi aku satu kekuatan


Kekuatan untuk membenci

Kekuatan untuk menjadi satu...

Dendam...!

Violet Silhouette

She moves in the way of puriti
Emitting in the violet nuance of love

That silhouette entrance me!

Say, ‘it’s too nice in this way’

She starts moving again

In the drop dead nice day
I fall for it, always

Yet, i cant see the black but violet

We both have love

Silhouette, im on the way to you
Feeling says it cant always be silhouette

No way for a forever silhouette

But let me be the other one


Kisah Sebuah Lilin dan Cermin

Dalam perjalanan sebuah legenda

Tak harus memunculkan sosok pahlawan

Cukup hanya seorang pujangga, seorang penyair

Untuk bercerita tentang warna warni dunia

Tentang perbedaan dan persamaan

Tentang duka dan luka

Tentang cinta dan benci

Tentang pergantian musim

Tentang matahari dan rembulan

Tentang hidup dan mati, dan

Tentang aku ...


Seorang penyair tlah ibaratkan aku bagai sebuah legenda

Aku adalah malam, aku bagian dari malam

Aku adalah jiwa sunyi dan kelam

Begitu gelap hingga

Bayanganku tak terlihat

Seorang penyair ingin melukis aku

Dengan sebuah kata, sebuah puisi

Namun bayangan wajahku tak terlintas

Lalu...

Diambilnya sebuah lilin, ...terang dari sinar lilin itu menerangi jiwaku...

Dan lukisan wajahku terlihat dalam keremangan cahaya

Cukupkah?

Tidak, tidak untuk satu goresan bait

Seorang penyair ingin melukis wajahku

Dengan sebuah kata, sebait syair

Namun hiasan terlihat pada bayanganku


Lalu...

Diambilnya sebuah cermin

Cermin untuk aku menghias diri

Dalam keremangan cahaya lilin

Dn lihatlah...

Satu goresan tlahmembentuk senyumku

Satu giresan lagi, membentuk kesedihanku

Dan lagi, satu goresan...

Tlah membentuk kehampaanku.

Cukupkah itu?

Tidak!

Lalu...

Seorang penyair inginkan luka yang sempurna

Tinggal satu goresan

Untuk aku bercermin

Untuk aku menerangi jiwaku

Terang namun redup dalam keremangan sebuah lilin

Ya...

Satu goresan lagi maka sempurnalah lukaku!

Seorang penyair dengan sebuah pena

Tlah goreskan...

Sebuah kata, sebait doa...

‘dalam kegelapan jiwaku, lilin ini keyakinanku, dan cermin ini kekuatanku. Maka sesungguhnya tak perlu aku merasa takut dengan kesendirianku. Karena aku telah sempurna hanya dengan sebuah lilin dan cermin. Amen’



THAT I WOULD BE GOOD


Fake Smile$

That I Would Be Good

That I would be good
Even if I did nothing
That I would be good
Even if I got the thumbs down

That I would be good
If I got and stayed sick
That I would be good
Even if I gained 10 pounds

That I would be fine
Even if I went bankrupt
That I would be good
If I lost my hair and my youth

That I would be great
If I was no longer queen
That I would be grand
If I was not all knowing

That I would be loved
Even when I numb myself
That I would be good
Even when I am overwhelmed

That I would be loved
Even when I was fuming
That I would be good
Even if I was clingy

That I would be good
Even if I lost sanity
That I would be good
Whether with or without you

SuRatan DendaM

Indah Sekali Kata Katamu, Bie...

Tetapi, Bie...
Bukan seperti itu caraku membalas dendam.
Bukan dengan melakukan hal yang sama dengan yang mereka lakukan padaku.
Bukan seperti yang kau katakan.-


Dendamku ini...
Kusimpan rapat dalam hatiku.
Kelak, akan kubuka pada orang yang mengerti, agar dia juga merasakan dan tidak melakukan seperti yang mereka telah lakukan dan perbuat padaku.


Kuterima semua itu dulu,Bie... karena aku tau dan yakin.
Tuhan telah memberikan yang terbaik untukku.


Bie...

Bagiku mereka adalah orang orang yang hebat, walaupun mereka kejam padaku.
Paling tidak menurutku mereka orang yang teramat hebat.
Secara diam diam aku berguru pada mereka.
Pada cara mereka menuang kasih sayang mereka padaku.
Pada perhatian mereka yang teriris sebagian untukku.
Aku mengagumi mereka’.
Sejujurnya itu yang ingin aku ucapkan tentang mereka.


Bie...

Kerap didalam pasrahku...
Kutuangkan tutur kepada mereka, kepadamu juga...
Sebagai wujud penghormatanku.


‘Sesungguhnya aku berharap pada kalian...
kepadamu juga, Bie...
tapi kalau kalian, juga engkau ingin menghancurkan aku...
Lakukanlah kepadaku!
Akan kumudahkan jalan itu untuk kalian,
untukmu juga, Bie...!’


Bie...

Sesungguhnya aku teramat lelah dengan semua ini...
Dengan segala upaya yang aku lakukan untuk menebus masa laluku...
Letih dan lelah...


Tetapi, Bie...

Aku tak boleh memadamkan sendiri asa dan niatku itu.
Sebisaku...
Semampuku...
Harus kusuburkan...
Agar aku tak mati sebelum aku mati.
Agar aku tetap hidup selama aku masih hidup.


Karena itu, Bie...

Bantu aku untuk itu semua.
Tetapi jangan sertakan dendam seperti perlakuan yang mereka berikan padaku.



Dendam...

Suratan dendam ini sekedar catatan milikku saja...
Hanya milikku!
Kuharap kau mau dan bisa mengartikan semuanya ini...
Namun juga jangan pula kau tanyakan alasannya kepadaku.
Karena aku pasti menjawab :


‘Lihatlah tangisku dan nikmati itu

Lihatlah tawaku dan tamparlah aku karenanya

Lihatlah sedihku dan temukan aku disitu!’

SuRatan DendaM

Indah Sekali Kata Katamu, Bie...

Tetapi, Bie...
Bukan seperti itu caraku membalas dendam.
Bukan dengan melakukan hal yang sama dengan yang mereka lakukan padaku.
Bukan seperti yang kau katakan.-


Dendamku ini...
Kusimpan rapat dalam hatiku.
Kelak, akan kubuka pada orang yang mengerti, agar dia juga merasakan dan tidak melakukan seperti yang mereka telah lakukan dan perbuat padaku.


Kuterima semua itu dulu,Bie... karena aku tau dan yakin.
Tuhan telah memberikan yang terbaik untukku.


Bie...

Bagiku mereka adalah orang orang yang hebat, walaupun mereka kejam padaku.
Paling tidak menurutku mereka orang yang teramat hebat.
Secara diam diam aku berguru pada mereka.
Pada cara mereka menuang kasih sayang mereka padaku.
Pada perhatian mereka yang teriris sebagian untukku.
Aku mengagumi mereka’.
Sejujurnya itu yang ingin aku ucapkan tentang mereka.


Bie...

Kerap didalam pasrahku...
Kutuangkan tutur kepada mereka, kepadamu juga...
Sebagai wujud penghormatanku.


‘Sesungguhnya aku berharap pada kalian...
kepadamu juga, Bie...
tapi kalau kalian, juga engkau ingin menghancurkan aku...
Lakukanlah kepadaku!
Akan kumudahkan jalan itu untuk kalian,
untukmu juga, Bie...!’


Bie...

Sesungguhnya aku teramat lelah dengan semua ini...
Dengan segala upaya yang aku lakukan untuk menebus masa laluku...
Letih dan lelah...


Tetapi, Bie...

Aku tak boleh memadamkan sendiri asa dan niatku itu.
Sebisaku...
Semampuku...
Harus kusuburkan...
Agar aku tak mati sebelum aku mati.
Agar aku tetap hidup selama aku masih hidup.


Karena itu, Bie...

Bantu aku untuk itu semua.
Tetapi jangan sertakan dendam seperti perlakuan yang mereka berikan padaku.



Dendam...

Suratan dendam ini sekedar catatan milikku saja...
Hanya milikku!
Kuharap kau mau dan bisa mengartikan semuanya ini...
Namun juga jangan pula kau tanyakan alasannya kepadaku.
Karena aku pasti menjawab :


‘Lihatlah tangisku dan nikmati itu

Lihatlah tawaku dan tamparlah aku karenanya

Lihatlah sedihku dan temukan aku disitu!’
Dogh yu spik inglis wel, ai bet yu difikul andesten dis
(D.O. setelah belajar 1 minggu BAHASA INGGRIS)


Part One

Ane kaget banget kemaren ini pas lewat di depannye kelurahan, ngebace spanduk nyang isinye:

SAVE THE COUNTRY, HANG TNI ... SAVE THE PEOPLE, HANG POLRI

Usut punye usut, ternyate nyang dimaksud ialah:

"Keselametan negare, tergantung TNI ... keselametan rakyat, tergantung POLRI"

Bujubuneng ..., rupenye si Lurah baru ikutan kursus bahase Inggris tapi udah nekat buat tampil



Part Two

Seorang supir lagi nyetirin boss bule Amrik, kebetulan lagi sial.
Mobilnya nyodok kendaraan di depannya karena mendadak berhenti.
Dengan terbata2 ia minta maaf kepada si boss:

Supir: Sorry Sir, I brake brake, do not eat. After I check the wheel no flower again. (maaf Tuan, saya rem2 nggak makan, setelah saya cek rodanya nggak ada kembangannya lagi)

Begitu si Boss mau ikutan ribut sama yg ditabrak, dia bilang:

Supir: Don't follow mix, Sir! The bring that car if not wrong is the children fruit from manager moneys, he stupid doesn't play! Let know taste. (nggak usah ikut campur, Pak! Yang bawa mobil itu kalo nggak salah anak buah dari manajer keuangan, dia memang goblok bukan main! Biar tahu rasa)

Besoknya si supir gak masuk kerja, terus pas lusanya dia masuk si boss bule nanya:

Bule : Why didn’t you come to work?

Supir : I am sorry boss, my body is not delicious, my body taste like enter the wind. (maaf boss, badan saya tidak enak, badan saya rasanya seperti masuk angin)




Part Three

Suatu hari ada bule kehilangan sepeda motornya yg dia parkir didepan toko di sekitar jalan Malioboro, Yogya.
Lalu dia bertanya ke Paijo, yg saat itu kebetulan berada di tempat parkir, apakah dia ngeliat org yg ngambil sepeda motornya.

Paijo: Yes, he use to table square-square. Worth he fast-fast go without wet expire (Iya, dia pakai kemeja kotak-kotak. Pantes dia cepat-cepat pergi tanpa basa basi)

Lalu dengan sok berwibawa Paijo menasehati,

Paijo: Sir, different river, if park bicycle motor heart-heart, yes? (Tuan, lain kali kalo parkir sepeda motor hati-hati ya?)

Tapi bule itu diam saja karena nggak tau mau jawab apa, shg Paijo jadi ngedumel,

Paijo: Basic bule! (Dasar bule!)

Karena nggak tau harus ngomong apa lagi, si bule ngeloyor pergi dan dengan PD-nya Paijo bilang, "Breasttttt!" sambil melambaikan tangannya.

Maksudnya sih: "Dadaaaaa!"


Lo$t Gei$ha



Dia adalah dia...


Tidak ada seorangpun yang tau apa yang tengah ada dan terjadi pada dirinya.
Dia lebih suka menyimpan dan melakukan sendiri tanpa seorangpun yang mau tau dengan apa yang dilakukannya.
Sebab diapun tau percuma.


Dia akan lebih tenang kalau tidak dipaksakan jalannya.
Dia akan lebih damai jika dapat dimengerti.
Sering kali dia bilang, mendengar tuk mengerti tidak semudah mendengar hanya untuk mendengar saja.


Dengan diam dia tak ingin mengusik kedamaian yang tengah dia ciptakan.
Sekalipun dia samasekali tidah tau adakah kedamaian itu akan tercipta?
Walau sering dia bertanya pada dirinya sendiri, kedamaian seperti apa yang mesti aku ciptakan?
Sementara dia lebih suka bicara dari hati dan untuk hatinya sendiri tanpa dia sadari bahwa dia tengah membangun kesia siaan.


Akan terpakukah dia?
Dia akan tetap sebagaimana dirinya sendiri dengan segala pembicaraan hatinya.
Ya, dia akan tetap sebagaimana pendiriannya.
Begitu tegar dan begitu kuat menandingi dirinya.
Tidak membiarkan seorangpun tau betapa ia menginginkan pengertian dari orang lain.
Dia terlalu pandai sembunyi.


Dia cukup mengerti akan semuanya.
Dia cukup paham akan hatinya.
Diapun tau kapan dia musti diam dan kapan dia musti bicara.
Dan dia telah menyempurnakan walau hanya sebatas hatinya.


Dia tidak akan mengiyakan karena dia tau dia tak pernah dengar.
Dia lebih baik tertawa dari pada basa basi.
Untuk apa dia menertawakan dunia?
Hanya dia yang tau.


Dia terlalu puas dengan apa yang berjalan di sisi sisinya.
Dia tak akan suka bila bicaranya ditentang.
Dia akan bicara apa yang dianggapnya baik bagi dirinya tanpa sedikitpun mau mendengar hatinya yang berontak.


Tapi dia menyenangi pasrah.
Ia lebih menyukai apa yang akan berlaku selanjutnya terhadap hatinya.

Dia tak akan memaksakan dirinya.
Dia tengah mempertahankan hatinya dari perkataan dan pembicaraanya sendiri.
Tapi ia merasa itu lebih baik daripada permainan yang tengah terjadi pada harinya.


Kembali ia terpekur menatap malam.
Dimana malam yang tercipta adalah kharismanya.
Dia enggan meninggalkan malam.
Malam damai telah menghantar hatinya setetes embun kebahagiaan yang hanya dia sendiri yang dapat mengartikannya.


Adakah malam akan mengerti tentang dirinya?
Sebagaimana dirinya yang menyerahkan harinya untuk malam?


Kembali malam hanya bisu mencekam.
Dia begitu tegar meskipun malam menghantamnya perlahan.


Itulah malam...
Dimana malam adalah pembaringan hatinya.



Dia adalah dia...
Gei$ha...
Entah sampai kapan...



Lo$t Gei$ha



Dia adalah dia...


Tidak ada seorangpun yang tau apa yang tengah ada dan terjadi pada dirinya.
Dia lebih suka menyimpan dan melakukan sendiri tanpa seorangpun yang mau tau dengan apa yang dilakukannya.
Sebab diapun tau percuma.


Dia akan lebih tenang kalau tidak dipaksakan jalannya.
Dia akan lebih damai jika dapat dimengerti.
Sering kali dia bilang, mendengar tuk mengerti tidak semudah mendengar hanya untuk mendengar saja.


Dengan diam dia tak ingin mengusik kedamaian yang tengah dia ciptakan.
Sekalipun dia samasekali tidah tau adakah kedamaian itu akan tercipta?
Walau sering dia bertanya pada dirinya sendiri, kedamaian seperti apa yang mesti aku ciptakan?
Sementara dia lebih suka bicara dari hati dan untuk hatinya sendiri tanpa dia sadari bahwa dia tengah membangun kesia siaan.


Akan terpakukah dia?
Dia akan tetap sebagaimana dirinya sendiri dengan segala pembicaraan hatinya.
Ya, dia akan tetap sebagaimana pendiriannya.
Begitu tegar dan begitu kuat menandingi dirinya.
Tidak membiarkan seorangpun tau betapa ia menginginkan pengertian dari orang lain.
Dia terlalu pandai sembunyi.


Dia cukup mengerti akan semuanya.
Dia cukup paham akan hatinya.
Diapun tau kapan dia musti diam dan kapan dia musti bicara.
Dan dia telah menyempurnakan walau hanya sebatas hatinya.


Dia tidak akan mengiyakan karena dia tau dia tak pernah dengar.
Dia lebih baik tertawa dari pada basa basi.
Untuk apa dia menertawakan dunia?
Hanya dia yang tau.


Dia terlalu puas dengan apa yang berjalan di sisi sisinya.
Dia tak akan suka bila bicaranya ditentang.
Dia akan bicara apa yang dianggapnya baik bagi dirinya tanpa sedikitpun mau mendengar hatinya yang berontak.


Tapi dia menyenangi pasrah.
Ia lebih menyukai apa yang akan berlaku selanjutnya terhadap hatinya.

Dia tak akan memaksakan dirinya.
Dia tengah mempertahankan hatinya dari perkataan dan pembicaraanya sendiri.
Tapi ia merasa itu lebih baik daripada permainan yang tengah terjadi pada harinya.


Kembali ia terpekur menatap malam.
Dimana malam yang tercipta adalah kharismanya.
Dia enggan meninggalkan malam.
Malam damai telah menghantar hatinya setetes embun kebahagiaan yang hanya dia sendiri yang dapat mengartikannya.


Adakah malam akan mengerti tentang dirinya?
Sebagaimana dirinya yang menyerahkan harinya untuk malam?


Kembali malam hanya bisu mencekam.
Dia begitu tegar meskipun malam menghantamnya perlahan.


Itulah malam...
Dimana malam adalah pembaringan hatinya.



Dia adalah dia...
Gei$ha...
Entah sampai kapan...











ëß¡ ýåñåñ

Hanya perlu satu menit untuk menghancurkan seseorang, satu jam untuk menyukai seseorang, satu hari untuk mencintai seseorang, tetapi membutuhkan seumur hidup untuk melupakan, seseorang . Mungkin Tuhan menginginkan kita untuk bertemu dengan orang yang tidak tepat sebelum bertemu. Jadi ketika kita akhirnya bertemu dengan orang yang tepat, kita akan tahu betapa berharganya anugerah tersebut .